Wednesday 20 August 2014

Trio Soulmate



Trio Soulmate?

Kalau cerita tentang yang satu ini sebenernya panjang banget dan harus mulai dari awal masuk SMA. Jadi, gue bakal cerita singkatnya aja.



Dimulai dari pertama kali gue masuk Kolese Gonzaga dan melewati 3 hari MOPD atau biasanya disebut MOS. Hari - hari setelahnya menjadi hari berarti bagi gue buat divisi 2. Awal semester, kita masih dalam tahap awal belum terlalu deket satu sama lain, masih ngumpul sama yang itu - itu aja sampai beberapa bulan setelahnya kita udah mulai akrab dalam divisi 2.

Entah kapan dan bagaimana, namun temen sekelas gue namanya Adrian Situmorang, mulai nge-flirt gue gitu di kelas. Gue tau itu tujuannya cuma buat becanda - becandaan aja.
Kayak misalnya :
" Bell, kamu udah makan belum? "
" Eh lu jangan deketin isbell ya, dia pacar gua sekarang. "
" Sekarang dia namanya Isabella Foraldy Situmorang. "

Jadi yaa, karena gua tau itu cuma becanda, jadi gue tetep tanggepin aja dan bales - balesin tiap kali dia nge-flirt.
Abis itu, ada dua cowo lagi namanya Dillon Abraham dan Leonardus Fiorello, mereka ikutan juga nge-flirt dan nge-tag cewe mereka masing - masing.
Sehingga secara ga sengaja, kesannya kita berenam kayak couple.
Isbell - Adrian
Dillon - Emma
Fio - Adela

Di kelas kerjaannya saling nge-flirt dan bertingkah laku kayaknya pacaran. Tapi ga sampe pacaran banget. Cuma sekedar omongan untuk memecahkan keheningan di kelas. Tapi lama - lama, hal kayak gini bikin kita berenam makin deket. Kita berenam jadi sering cerita - cerita bareng. Ngelewatin waktu bareng - bareng. Jadi saling ngerti karakter masing - masing sehingga kita berenam jadi punya chemistry satu sama lain gitu.

Gak semuanya kita lakuin bareng - bareng. Kita masih tau batas karena di Gonz diajarin buat berteman sama banyak teman dan gak cuma orang - orang itu aja. Tapi pasti dong dari antara semua temen yang ada, kita gak bisa sepenuhnya percaya, nyaman, nyambung, ngerti, enjoy.

Banyak banget kejadian yang kita berenam share bareng - bareng dan saling ngebantu ngasih masukan ini itu, saling ngebantu untuk mencapai suatu tujuan yang pastinya positive. Memang gak semua tujuan itu tercapai, sering banget kita berenam ngalamin masalah. Diantara kita berenam juga masing - masing punya pengalaman baik dan buruk. Bahkan diantara kita berenam pernah saling kesel yang berujung berantem. Tapi karena kami berenam saling sayang, jadi kita tetep berenam. Masalah saat itu kita selesaikan saat itu juga, kalau perlu adu mulut ya adu mulut, kalau perlu berantem ya berantem. Yang penting gak berlanjut dari saat masalah itu terjadi.

Gue sayang banget sama mereka berenam, mereka bisa bantu gue survive dari keadaan ini itu walaupun gue tau harusnya gue gak sepenuhnya mengandalkan kekuatan dan kehadiran mereka. Tapi apa salahnya sih untuk tetap percaya bahwa mereka pasti akan ada buat gue.



Dear best friends,
You are one of the best things that is ever happened to me.
I love you, 
And I don't want to lose you.
Because my life has been better since the day I found you.

At Nanny's Pavillion, Gandaria City

(Dari kiri ke kanan)
Isbell - Adrian - Dillon - Emma - Adela - Fio

Hutan Mangrove!

Acara foto wajib :) 

Gaya style kita semua beda banget 

YEEEEAAAAY











You won't find the right one, if you won't let go of the wrong one.



" Trying to forget him but he is all you think about. "

" Gue pernah di posisi lu bell, liat dia dulu jalan sama cowok lain emang sakit, tapi ya udah dia bukan siapa - siapa kita, dan gua emang gapunya hak. Nah dari situ gua pikir buat apa sia - siain waktu, energi, pikiran buat orang yang gamau lakuin hal yang sama kayak yang kita lakuin buat dia. "  - Adrian.

" That's right, gue juga pernah kok. Inceran gue direbut orang lain, hanya bisa pasrah dan kalo nyesel cuman wasting time. " - Fio.

" Kadang - kadang bell hal - hal kayak gini tuh terjadi soalnya didepannya mungkin bakal ada sesuatu yang lebih baik lagi buat lo, jadi lo harus terus melangkah. " - Adela.

" Gua juga pernah di posisi lu, orangnya sampe jadian lagi. Pas anniv setahun, gua yang beliin kadonya. Kurang sakit apa coba tuh. " - Emma.


Forget about him.
You are loosing sleep over a guy who's probably sleeping just fine with another girl on his mind.
You are staring at your phone waiting for a text from a guy who's probably having deep conversations with another girl.
You are posting subliminal statuses about a guy who's probably too busy paying attention to another girl's page to read them.
You are crying over a guy who's probably making another girl smile right now.
If you are not the girl he gives his all to, then he is not the guy you should be stressing over.





Saturday 9 August 2014

The Way We Were


Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa dilupakan, juga tak bisa kumiliki.



Aku tahu kamu ragu.
Namun, pertemuan pertama kita... selalu berkesan buatku.

Kuingat pertama kali kita mulai dekat. Sejak awal masuk SMA, kita mulai selalu berbicara dan mengobrol bersama, mulai dari hal yang penting hingga tidak penting, mengenai hal - hal masuk akal hingga hal bodoh dan konyol sekalipun. Berbagi cerita, berbagi pengalaman, selalu saling menemani yang pada akhirnya saling mulai mengerti.

Perasaan menggebu - gebu saat bertemu denganmu, hingga detak jantung berdetak lebih cepat walaupun hanya melihatmu dari jauh saja.

Hingga akhirnya, kurasa kita merasakan hal yang sama.

27 September, 2014 
Saat itu kamu menghampiriiku, pulang sekolah seperti biasanya. Mengobrol seperti biasanya sambil memutari sekolah, namun tiba - tiba kamu berhenti. Kamu berhenti, menunjukkan raut wajah berbeda, tidak seperti biasanya. Raut wajah yang tak dapat kuartikan.

Lalu, kamu keluarkan dua kalimat,.........
" Kita udah lama bareng, gue sayang sama lu. Mau gak jadi pacar gue? "

Saat kudengar kalimat itu, otakku dan duniaku terasa berhenti beberapa detik. Otakku tak dapat mencerna apa yang baru saja kudengar. Namun, setelahnya akupun menjawab dengan sungguh - sungguh.

" Mau. "


Mungkin terkesan biasa saja. Tidak ada coklat, bunga, atau kalimat romantis lainnya. Sesimpel itu. Aku tetap menyukainya. Simpel. Tapi memang kurasakan kesungguhan dibalik kalimat tersebut.

Aku tipe perempuan yang serius jika sudah masuk dalam dunia in relationship dan tidak sembarangan. Kuberikan apa yang kupunya padanya yang kusayang dan akan kuusahakan yang terbaik untuknya.

Sejak hari itupun kami selalu meluangkan waktu bersama seperti biasanya, melewati hari - hari lebih bersemangat. Ya, tidak beda jauh dengan percintaan macam anak remaja.
Berbulan - bulan telah kami lewati bersama, hingga titik dimana kami berdua tidak bisa saling mengerti, tidak bisa saling mengalah dan keegoisanpun muncul. Beberapa hari di bulan keenam kami bersama, kami tidak berbicara satu sama lain.


Dia sibuk dengan urusannya sendiri yang sangat sepele. Aku yang tidak mau mengalah dan bersabar menunggunya. Kurasa kita berdua sama - sama salah disini.

Dia yang meninggalkan tanpa kabar dan aku yang lagi - lagi tidak sabar tuk menunggu.

Kukira hal ini akan selesai nantinya walaupun membutuhkan waktu pastinya.

Tapi ternyata, penyelesaian yang dia ambil berbeda dengan apa yang kupikirkan. Bahkan jauh lebih buruk.

Ia mengeluarkan kalimat persetan yang tidak pernah kuharapkan akan keluar dari mulutnya.

Sejak itu kami tak bersama lagi, tidak menghabiskan waktu bersama, kami saling menjauh.

Sebenarnya aku. Aku yang mencoba menjauh. Terlalu sakit ketika aku masih sayang, namun tak bisa memilikinya lagi.

Maka kuputuskan untuk menjauh, mengurangi rasa sakit. Kuharap awalnya rasa itu akan sirna. Namun setelah hampir 6 bulan kami berpisah, kusadari bahwa rasa ini tetap ada.

Rasa sayangku padanya masih tetap di hati, tak kunjung pergi.

Kali ini, kurasakan nyeri pada hatiku jika kumelihatnya dari jauh. Kali ini ada perih saat ia menghampiriku.

Oleh karena itu, tiap kali ku melihatnya, saat ia akan menghampiriku, kulakukan apapun untuk menjauh darinya.

Karena aku masih sayang.

Cinta seperti sesuatu yang mengendap - endap di belakangmu. Suatu saat, tiba - tiba kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.